Ahmad terbangun dengan terkejut pada siang hari itu. Ahmad
berada disebuah kamar yang bersih dan serba putih. Sebuah ranjang yang bisa
diatur sandarannya menjadi tempatnya berbaring. Beberapa suster cantik menemaninya
diruangan tersebut.
Ahmad berada di sebuah rumah sakit, tapi bukan hal itu yang
membuatnya terkejut, karena ia masih ingat sebuah mobil box menyerempet motornya
sebelum motornya oleng kesisi lain jalan dan kembali diserempet oleh sebuah
sedan yang melaju dengan kencang. Jadi sudah selayaknya ia berada di rumah
sakit. Itulah mengapa ia tidak terkejut kalau saat ini ia berada di rumah sakit.
Yang membuatnya terkejut adalah kenapa ia bisa berada
diruangan VVIP sebuah rumah sakit yang pastinya akan menelan biaya sangat
mahal. Ia masih ingat, sebuah kamar kelas atas di rumah sakit tarifnya bisa
sampai jutaan perhari. Ruangan ini memiliki ruang tamu, kulkas, tv, dan
beberapa fasilitas yang sangat mewah. Siapa yang akan menjamin semua biayanya?.
Ahmad teringat dengan ibunya yang pontang panting berjualan
sayuran di desa, ayahnya yang Cuma pekerja serabutan, dan ia sendiri untuk
biaya kuliahnya harus memutar otak mencari penghasilan tambahan, dan tinggal di
masjid dekat kampus sebagai ta’mir masjid sehingga tidak perlu bayar kos.
“Suster, adakah yang sudah menghubungi keluargaku” tanyanya
ragu-ragu pada suster yang menemaninya. Mungkin ada yang menemukan hp.nya lalu
menemukan no tlp saudaranya di hp tersebut dan menghubunginya. Orang tua Ahmad
tidak memiliki hp atau telpon rumah yang bisa dihubungi, tapi di hpnya ada no
pamannya.
Suster itu mengangguk, Ahmad menjadi lega, berarti ada
saudaranya yang berani menjaminnya untuk menginap di ruangan mewah itu. Tapi
tiba-tiba Ahmad tersadar, semua saudaranya miskin, siapa yang berani memesankan
kamar itu?.
“Suster, siapa keluargaku yang telah dihubungi?” Tanya Ahmad
agak kebingungan.
“Istri anda sendiri yang datang langsung kesini, saya kurang
tahu siapa yang menghubunginya, dia yang telah memesan kamar ini. Orang kaya
seperti anda dan istri anda memang layak berada di kamar yang mewah ini” jawab
suster itu.
Ahmad terhenyak, Ahmad tidak pernah berpacaran apalagi
menikah. Wajahnya memang tidak terlalu buruk, tapi juga tidak ganteng, ia juga lebih sibuk dengan belajar di kampus dan
mengurus Masjid, majlis ta’lim, dan lainnya. Ahmad juga tidak pernah punya sisa
uang untuk jalan-jalan, Ahmad selalu berfikir bahwa tidak ada seorangpun wanita
yang mau dengannya.
“Istri…. Ku…?” ucap Ahmad terbata-bata.
Suster itu menghela nafas sejenak. Ia menatap Ahmad dengan
sungguh-sungguh.
“saya sudah tahu kisah anda, istri anda yang bercerita. Anda
harus menghargai cintanya yang tulus pada anda, istri anda juga sangat cantik,
anda tidak akan bisa dengan mudah menemukan wanita seperti itu di dunia.
Seorang wanita yang cantik, kaya, dan memiliki cinta yang
sangat tulus kepada anda…”
Ahmad kembali terhenyak, “sekarang dia dimana?” tanyanya
dengan cepat.
“katanya anda mungkin belum siap bertemu dengannya, jadi dia
meninggalkan anda disini sendiri. Tapi dia menunggu anda dirumah, supir pribadi
keluarga anda yang akan akan menjemput anda” jawab suster tersebut.
“Atau anda ingin saya telponkan keluarga anda sendiri? Tadi
saya menemukan no kontak yang dinamai paman di h panda. Itu pasti paman anda”
ucap suster itu lagi.
Ahmad terhenyak. Beberapa pikiran buruk mulai menggelayuti
kepalanya. “jangan biarkan keluargaku tahu semua ini dan merusak segalanya.
Pasti ada sesuatu yang terjadi, sepertinya aku bisa menjadi orang yang baru,
mungkin aku juga bisa berpura-pura lupa ingatan”.
Ahmad dengan perlahan meminta hpnya dari suster tersebut,
lalu diam-diam menghapus semua no hp saudaranya disana.
“lebih baik mereka tidak ada yang tahu suster..” ucapnya
pada suster tersebut. Suster itu hanya mengangguk.
Malam itu berbagai pikiran bergelayut dikepala Ahmad. Hatinya
mendesaknya untuk segera mengatakan kepada semua orang bahwa mereka mungkin
telah salah orang. Akan tetapi sebuah pikiran aneh dan rasa penasaran selalu
membuatnya bungkam.
Esoknya Ahmad benar-benar dijemput oleh seorang supir. Mereka
mengendarai sebuah Pagero Sport yang pastinya berharga mahal. Sopir itu
bercerita bahwa mobil itu miliknya dan sudah lama terparkir di garasi tidak
terpakai.
Beberapa saat kemudian mereka memasuki halaman rumah besar
dan mewah berlantai dua. Supir itu membukakan pintu mobil dan mempersilakan
Ahmad masuk ke dalam rumah. Ahmad terhenyak menatap ruangan demi ruangan
didalam rumah tersebut yang besar dan dipenuhi perabot-perabot mewah bernilai
ratusan juta.
Sebuah foto besar tersandar didinding, foto seorang pria
yang mirip dengannya dan seorang wanita yang sangat cantik, sangat cantik
bahkan sekali lirik mungkin Ahmad tidak akan berani mengharapkan cinta dari
wanita seperti itu, karena terlalu cantik untuk pria sepertinya.
Bersambung ke Wanita Cantik Yang Mengaku Sebagai Istriku 2
0 komentar:
Posting Komentar