Kisah ini mengenai seorang wanita
yang bernama Mina. Mina seorang wanita biasa yang bekerja disebuah restoran
kecil di kotanya. Ibunya telah meninggal ketika melahirkannya, sedangkan
menurut berbagai kisah, ayahnya pergi meninggalkan mereka. Mina selalu berfikir
bahwa ibunya meninggal karena ayahnya meninggalkan mereka. Ia juga menjadi
sangat berhati-hati dengan pria. Dan merasa sangat benci pada ayahnya.
Mina tinggal bersama dengan
neneknya, ia bekerja di restoran untuk membantu membeli kebutuhan rumah tempat
ia dan neneknya tinggal. Neneknya hanya mengandalkan uang pensiunan suaminya
yang tidak seberapa.
Suatu hari, ketika Mina sedang
sendirian di restoran dan duduk dibelakang mesin kasirnya, ia melihat seorang
pria yang usianya kelihatannya tidak terpaut jauh dari usianya, menempelkan
wajahnya di kaca restoran tempat ia bekerja. Pria itu mengintai dari luar, dan
matanya berputar-putar melihat-lihat apa yang ada didalam restoran tersebut.
Tidak perlu waktu lama, mata pria
itu tertuju padanya, cukup lama ia menatapnya, lalu menarik mukanya dari kaca.
Pria itu memakai kemeja kotak sederhana, dan menyandang tas seperti seorang
mahasiswa. Ia segera berjalan kea rah pintu restoran, lalu diam cuup lama
didepan pintu itu sebelum ahirnya memutuskan pergi meninggalkan restoran.
Mina tidak terlalu ambil pusing
dengan apa yang terjadi. Akan tetapi kejadian itu terulang lagi beberapa hari
kemudian, dan dalam seminggu ia melakukan hal yang sama sampai 2 atau 3 kali.
Ahirnya Mina menceritakan hal tersebut pada teman-temannya.
“Kenapa tidak kamu suruh masuk
saja?, mungkin dia ragu ragu apakah restoran ini buka atau tidak, karena
biasanya disiang hari restoran ini sepi” ucap teman Mina ketika itu.
Beberapa hari kemudian ketika pria
itu kembali menempelkan wajahnya di kaca, Mina segera menemuinya, ia membuka
pintu restoran dan memanggil pria itu sambil menjelaskan bahwa restoran buka.
Pria itu menatap mina sejenak, lalu berjalan kearah pintu restoran dan masuk
dengan canggung, lalu duduk di kursi dekat jendela diujung ruangan didepan
tempat Mina duduk.
Pria itu hanya memesan secangkir
kopi, mukanya tampak murung, ia tidak banyak bicara. Dalam beberapa waktu
lamanya tidak ada obrolan sama sekali antara Mina dengan pria tersebut. Dan
tampaknya sampai kapanpun tidak aka nada obrolan.
Diam diam Mina menatap wajah pria
itu, Mina sungguh terkejut, pria itu sedang menangis, ia menyeka air matanya
sendiri, lalu menatap ke luar jendela tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Beberapa saat kemudian ia pergi setelah membayar kopinya.
Peristiwa itu terulang dua kali
pada dua hari berikutnya. Pada kedatangannya yang terhir, pria itu duduk lebih
dekat dengan Mina. Beberapa kali pria itu menatap Mina hingga Mina mengira pria
itu ingin memesan makanan, Mina pun segera mendekatinya untuk menanyakan
kalau-kalau ia ingin memesan sesuatu.
“Mau memesan makanan mas?” Tanya
Mina agak ragu, pria itu menggeleng.
“Namamu siapa?” pria itu balas
bertanya.
“Mina…” jawab Mina.
Pria itu menatap Mina ingin
mengucapkan sesuatu, tapi ia menahannya, Mina segera berbalik mau meninggalkan
pria itu.
“Mina, boleh aku bertanya?” tiba
tiba pria itu menahan Mina.
Mina segera berbalik menatapnya,
“Ada apa?”
“Mina, kira-kira, bisakah wanita
sepertimu mencintai pria sepertiku?” Tanya pria itu, Mina terhenyak
.
“Apa dia jatuh cinta padaku?” pikir
Mina dalam hati.
“Pertanyaan itu ga mungkin bisa
dijawab dengan mudah, aku takut kamu salah sangka nantinya” jawab Mina sambil
tersenyum, lalu meninggalkan pria itu.
Ketika pria itu pulang, Mina
menceritakan semua kejadian mengenainya dan pria itu kepada kawan-kawannya.
Rata-rata kawan-kawan Mina beranggapan bahwa pria itu diam-diam telah jatuh
cinta padanya.
Beberapa hari kemudian pria itu
tidak kelihatan lagi di restoran tempat Mina bekerja, diam-diam mina akan
tersenyum bila mengingat keanehan pria itu. Mina sama sekali tidak jatuh cinta
pada pria itu, pria itu sangat aneh menurutnya.
Bersambung ke Pria Yang Menempelkan Wajahnya Di Kaca Restoran 2
0 komentar:
Posting Komentar