Demo bela fatwa MUI dan bela Islam jilid satu dan dua
menyisakan sebuah tanda Tanya besar, kenapa bisa gerakan ini mengumpulkan massa
yang lebih besar dari massa yang berhasil dikumpulkan di lapangan Ikada pada
masa kemerdekaan, bahkan massa yang berkumpul tahun 98 untuk menggulingkan
Soeharto yang sangat kuat berkuasa di Indonesia?. Dalam hal ini sangat terlihat
Presiden Joko Widodo juga Nampak terkejut, bahkan beberapa partai pendukungnya
mulai ketakutan bahwa massa ini nantinya akan digerakkan untuk menggulingkan
presiden.
Bila didalami lebih lanjut, sebenarnya demo ini juga
menunjukkan kekecewaan besar ummat Islam dengan media mainstream yang ada di
republic ini. Hal ini terlihat dari pengusiran, penolakan, dan penyerangan
terhadap beberapa wartawan dari media berita tertentu. Bahkan sepanjang demo
tampak sekali coordinator demo sering mengingatkan berbagai hal-hal kecil agar
tidak digunakan sebagai alat untuk menjatuhkan Ummat Islam seperti peringatan
“jangan injak rumput, nanti ditulis di media”, “jangan buang sampah sembarangan
nanti ditulis media” dan lainnya yang tentunya peringatan seperti ini tidak
diperlukan jika aksi ini tidak mewakili Ummat Islam.
Hal ini seakan memberikan sebuah pendapat bahwa aksi sebrutal
dan seburuk apapun bila tidak mengatasnamakan Islam, maka media massa tidak
akan memberitakan keburukannya, tapi memberitakan tuntutannya, sedangkan
gerakan yang mengandung unsure kesalahan sekecil apapun pada ummat Islam, media
tidak akan memberitakan pembelaan pada tuntutan ummat tetapi mencari-cari
kesalahan meski sekecil apapun saat demo terjadi untuk di blow up di media
mereka.
Media disini bukan hanya televise dan koran, perang media
yang sebenarnya justru terlihat di media online yang setiap hari bertambah
jumlahnya. Media-media ini lebih kejam pemberitaannya dari pada televise dan
Koran. Dan hampir tidak ada media yang bersih tanpa membawa suatu kepentingan
saat ini, paling tidak, ada tiga macam pemikiran atau ideologi yang dibawa
media saat ini di Indonesia, yaitu Islam, Sekulerisme, dan Anti-Islam.
Media Islam sendiri terbagi menjadi Islam yang keras dan
moderat, sedangkan media sekuler biasanya berisi sekuler agama, maupun sekuler
anti agama, sedangkan media Anti Islam terbagi menjadi Anti Islam garis keras
yang benar benar bertujuan menjatuhkan Islam, dan Anti Islam yang moderat yang
akan menampilkan berita yang tidak menyinggung ummat Islam, tetapi secara
perlahn tanpa disadari akan membuat pembacanya secara tidak sadar menjadi tidak
suka atau memicingkan mata pada hal-hal yang berbau Islam.
Contoh untuk membedakan 3 media diatas adalah pada kasus
demo 4 November di Jakarta kemarin. Media Islam secara tegas mengatakan bahwa
pemicu kerusuhan bukan dari peserta demo sesuai fakta yang disampaikan
kepolisian, selain itu media Islam lebih banyak memberitakan jumlahnya peserta
demo, dan tuntutan-tuntutan yang diinginkan oleh peserta demo dan keterangan
Ulama’ ulama’ Islam kenapa demo tersebut bisa terjadi.
Media sekuler cenderung memberitakan tokoh-tokoh yang
mengajak agar masarakat tidak mudah terprovokasi. Memberitakan ajakan untuk
“bela Negara”, bela keutuhan bangsa. Menampilkan pendapat dibolehkannya
mengangkat pemimmpin non Muslim, selain itu media ini akan menampilkan
tokoh-tokoh yang pluralis maupun liberal untuk menenangkan masa Islam dan
berusaha membuat umat Islam berhenti dari gejolak amarahnya.
Sedangkan media anti Islam tidak akan menampilkan jumlah
pendemo, umpamapun ditampilkan, mereka akan memutarbalikkan fakta jumlah
pendemo yang jutaan menjadi puluhan ribu orang saja, berita terbesar yang
mereka bahas adalah “ummat Islam beringas, merusak taman, memukuli polisi, dan
lainnya.” Bahkan ketika media Islam menampilkan berita banyak pedagang yang
merasa diuntungkan karena demo kemarin sehingga makanan yang dijual laris
manis, maka media anti Islam dengan cepat member reaksi dengan berita “demo
merugikan pedagang”.
Bahkan ketika media yang cenderung dekat dengan Islam
memberitakan para anggota demo membantu membersihkan sampah waktu demo terjadi
maupun setelahnya, mereka membuat berita yang cukup menyakitkan : “ sampah demo
4 november berjumlah puluhan ton, atau berita dinas kebersihan Jakarta susah
payah membersihkan sampah seharian”.
Diantara tiga jenis media massa tersebut, seringkali media
sekuler dan media anti-Islam berada di jalur yang sama dalam permusuhannya
kepada Islam. Dan media-media ini tumbuh lebih subur saat ini disbanding media
Islam disebabkan besarnya dana yang digelontorkan baik dari luar maupun dalam
untuk menumbuhkan media-media tersebut dan mengendalikan pemikiran Ummat Islam.
Hal ini berlaku bukan hanya di Indonesia, tetapi bahkan di Negara-negara yang
tradisi Islamnya sangat kental dan keras seperti di Timur Tengah.
Media Islam sendiri, selain tumbuh dengan lambat, dan tanpa
kekuatan promosi yang memadai, seringkali ditutup aksesnya oleh pemerintah
dikarenakan dianggap menebarkan isu sara dan kebencian. Ideology global telah
tertanam bahwa Islam harus diwaspadai lebih dari apapun sehingga semua mata
tertuju pada Islam terutama medianya. Sedangkan media-media yang bisa memicu
unsure sara selain dari media Islam selalu selamat dan tidak pernah dikenakan
sanksi apapun.
Banyak sekali media yang memberitakan bahwa seorang tokoh
Islam juga telah melecehkan Ulama dan Alqur’an setelah aksi demo 411 kemarin
gara-gara pidatonya mengenai “ulama’ suu’
atau ulama’ bejat dan pembohong yang sering memelintir ayat Al-Qur’an” dan
menyamakan pidatonya dengan pidato Ahok. Isu yang dihembuskan ini benar-benar
isu sara yang meresahkan karena terlihat sekali kecacatannya dan seakan mencari
segala cara untuk menjatuhkan tokoh Islam tersebut, tetapi tidak ada tindakan
sama sekali terhadap media-media yang berbohong tersebut.
Padahal dalam kasus yang sama, yang bersumber dari masalah
pidato ahok, telah cukup banyak Media online Islam atau media social yang
dimiliki tokoh Islam yang sekarang ditutup dan tidak bisa diakses lagi didunia
maya.
Ummat Islam yang merasa tidak terwakili hatinya dan suaranya
di sebagian besar media massa saat ini dan bahkan selalu jadi bahan serangan,
serta pemerintah yang dengan mudah menutup media-media yang dimiliki Ummat,
memberikan andil besar pada demo 411 kemarin maupun akan jadi lebih besar lagi
bila hal ini tidak segera ditanggapi dan disadari media massa dan pemerintah.
Hal itu dikarenakan Ummat Islam saat ini merasa harus meneriakkan suaranya
sendiri dijalan karena tidak ada media yang dipercaya akan menyambungkan
aspirasi mereka.
Wartawan memang memiliki hak untuk mengumpulkan berita dan
dilindungi undang-undang, tetapi ia tidak memiliki hak untuk memilah-milah
fakta dilapangan dan menurunkan berita disesuaikan dengan ideology yang ingin
mereka bangun. Hal ini lebih buruk lagi bila ideology itu digunakan untuk
menyerang ideology yang saat ini dimiliki oleh mayoritas penduduk Indonesia.
Karena hal ini jelas akan memicu perpecahan dan disintegrasi bangsa.
Lebih buruk lagi bila media mulai menyerang MUI, yang
merupakan majelis tertinggi yang mewakili Ulama’ Islam. Meskipun upaya itu
telah lama dibangun, seperti permasalahan label halal MUI.
Beberapa media dan komentator pendukung media tersebut
terutama dari kalangan non Muslim, sempat menuduh MUI mengeruk keuntungan besar
pada label Halal yang mereka keluarkan dan mempermasalahkannya bahkan
mempolitisasi hal tersebut.
Padahal jelas sekali label itu untuk kepentingan Ummat Islam
yang diwakili MUI, hasilnyapun untuk Ummat sebagai pengguna produk makanan atau
lainnya yang terbesar di Indonesia. Perusahaan perusahaan besar yang banyak
dimiliki pengusaha Non Muslim dalam hal ini tidak perlu mencari cara agar ia
terbebas dari masalah label tersebut.
Mereka juga tidak perlu merasa rugi dengan keharusan
memberikan bayaran pada MUI atau Ummat Islam karena label tersebut setiap
beberapa waktu sekali, dikarenakan konsumen mereka yang sebagian besarnya
muslim juga tidak merasa rugi untuk membeli produk mereka dan menguntungkan
perusahaan mereka berkali lipat.
BalasHapusPengakuan Kisah Nyata Ibu Ratnawati
Tanpa Rekayasa Cerita Ini Benar Adanya.
Assalamualaikum Wr, Wb.
sebelumnya saya minta maaf apabilah tulisan yang saya posting ini menyinggung hati para pecinta dunia maya, namun apa yang saya tulis ini bukanlah tapi kisah nyata yang saya alami dan rasakan saat ini,
sebelum saya melanjutkan cerita ini perkenalkan nama lengkap saya Ibu Ratnawati Usia 44 tahun tinggal di Pohuwato propinsi Gorontalo, kisah saya mulai ketika saya dan suami membuka usaha pengepul rumput laut di daerah kami awalnya usaha kami sangat maju pesat dan ekonomi kami boleh di katakan sudah berkecukupan karna usaha yang mulai maju pesat itu akhirnya saya dana suami sepakat untuk membesarkan usaha kami dengan meminjam modal di dengan jaminan surat tanah dan rumah kami, saya dan suami mendapat pinjaman dari bank sebesar 1 Milyar kami pun memakai uang itu untuk mengepul semua hasil rumput laut di gorontalo, namun nasip berkata lain bukannya keuntungan yang kami dapat tapi malah musibah gudang tempat penyimpanan yang bersampingan dengan rumah kami ludes terbakar api semuanya musnah tanpa sisa barang uang perhiasan pun habis, saat itulah kami terpuruk dan jatuh miskin, keputusasaan melanda kami dan pada akhirnya saya dan suami memutuskan mencari jalan instan minta pesugihan pada awal maret kami berkunjung ke tanah jawa menjumpai seorang dukun di kota malang berbagai ritual sudah kami jalani tapi hasilnya nol. uang kami habis tapi kami tidak dapat apa-apa, lalu kami cari ke tempt lain dan kami bertemu dengan K.H. Abah Manzur, setelah kami mendengarkan penjelasan beliu awalnya kami sedikit ragu akan berhasil karna cara beliu ritual tidak pakai bahan apapun cuma pakai uang yg kami sisahkan itu, setelah menunggu 5jam lamanya allhamdulillah, mata saya tertujuh pada karung yg didalamnya penuh dengan uang pecahan 100 ribu, kemudian pak kyai memanggil kami dan menyampaikan itu uang anda ambillah "kata beliu" dengan sujud syukur kami mencium kaki beliu sambil menangis bahagia, lalu ke esokan harinya kami pulang ke gorontalo untuk meritis usaha lagi, berkat bantuan dana gaib 3 milyar dari abah manzur kini hidup kami sdh lebih baik dari sebelumnya, kepada saudaraku yang ingin mengubah nasib jangan pikir pikir lagi segeralah minta pertolongan beliu insyaallah beliu akan membantu kesusahan anda.
Sedikit saya tambahkan bahwa ritual pesugihan abah tanpa tumbal dan resiko apapu di jamin aman dunia akhirat,
Jika ingin merubah nasib segerah hubungi kyai abah manzur di nomor tlp 0853~2048~9499