Tak terasa musim hujan telah
datang. Kota kecil tempat Mina tinggal
tiap hari hujan. Restoran tempat Mina bekerja menjadi sepi meski hari telah
sore, padahal biasanya sore hari restoran itu lumayan ramai.
Mina bekerja dengan beberapa
kawannya bila sore. Hari itu hujan sangat deras, dan mereka dengan malas
menyandarkan badan mereka di kursi-kursi restoran yang sepi. Kursi-kursi itu
semi sofa dan berbusa di bantalan tempat duduk serta punggungnya, sehingga
sangat nyaman untuk bersantai-santai bila kondisi restoran sangat sepi seperti
itu.
Tiba-tiba dibalik kaca yang
berembun, mina melihat pria itu datang lagi, ia mengenakan kemeja kotak dan
menyandang tasnya seperti biasa. Pria itu mendekatkan wajahnya di kaca, matanya berputar
melihat sudut-sudut ruangan di dalam restoran. Mata itu terhenti ketika mata
itu melihat Mina.
“Pria itu datang lagi”, bisisk Mina
pada kawan laki-laki yang duduk di dekatnya. Kawannya yang sangat penasaran
dengan kisah Mina selama ini segera melihat ke luar restoran, ia memberi isarat
pada teman-temannya yang lain bahwa ada seseorang yang special telah datang.
Teman-teman mina segera menoleh kea rah Mina, dan Mina mengangguk seakan mengerti
maksud pertanyaan dalam hati kawan-kawannya.
Pria itu membuka pintu restoran
dengan canggung. Lalu masuk ke dalam dengan agak ragu-ragu. Badannya basah
kuyup, dan air di bajunya menetes dengan deras ke lantai restoran yang ditutup
karpet bersih yang tiap hari disedot debunya menggunakan mesin.
Kawan-kawan Mina menatap pria itu
dengan tidak senang, mereka berfikir seharusnya tidak ada yang berani memasuki
restoran itu bila badannya basah kuyup, apalagi restoran itu kursinya
berbusa dan berkain, karpet di lantainya
juga tidak boleh basah.
“Dia datang kesini Cuma demi kamu
yang sebenarnya tidak suka padanya, dan biasanya Cuma memesan kopi kan?” Tanya
kawan mina, mina hanya mengangkat bahunya.
Kawan Mina segera mendekati pria
itu, lalu memintanya untuk datang lain kali saja, karena badannya basah kuyup.
“Ada yang ingin saya sampaikan ke
Mina, saya mohon sebentar saja” pinta pria itu mengharap, teman-teman Mina yang
lain segera mendekatinya juga.
“besok aja kak, masih banyak waktu”
ucap teman Mina yang lain.
“Aku Cuma bisa saat ini.. minta
tolong ya” jawab pria itu.
Tampaknya pria itu sama sekali
tidak dipedulikan kawan-kawan Mina, mereka tetap menyuruh pria itu keluar,
bahkan mulai mendorong-dorong badannya, dan seseorang malah menyeletuk bahwa
Mina tidak menyukainya sama sekali.
Pria itu dengan gontai meninggalkan
restoran, sesekali ia melirik menatap Mina. Tetapi tidak ada sepatah katapun
yang bisa ia ucapkan pada Mina. Beberapa saat kemudian ia menghilang dalam
derasnya hujan.
Sekitar setengah jam setelah itu
nenek Mina berlari lari kecil mendatangi restoran tempat Mina bekerja. Ia
segera memasuki restoran setelah menanggalkan mantelnya. Matanya mencari-cari
ke seluruh penjuru ruangan restoran. Mina dan beberapa temannya segera
mendatanginya.
“Dimana pria itu?, apa dia tidak
kesini?” Tanya nenek Mina ke semua orang.
“Pria yang mana?” Tanya Mina.
“Pria memakai kemeja kotak dan
membawa tas ransel.., bajunya tertinggal di rumah, nenek membawakannya” ucap
nenek Mina.
“Jadi dia sampai datang ke rumah
juga?” Tanya Mina tidak percaya.
“Apa maksudmu Mina?, dia itu
ayahmu, waktu ibumu hamil, ayahmu itu masih berusia 13 tahun, dan ibumu 15
tahun. Beberapa hari ini ia datang ke rumah ingin menjelaskan semuanya padamu,
ia selalu mampir ke rumah sebelum ke sini menemuimu.
Ayahmu dan ibumu masih terlalu muda
dalam hubungan terlarang mereka, orang tuanya membawanya keluar negeri setelah
kematian ibumu. Malam ini ia berangkat lagi ke luar negeri.
Tampaknya ia kesulitan untuk
menjelaskan kepadamu, apalagi usia kalian sebagai ayah dan anak tidak terpaut
jauh, dia juga anak yang pemalu. Kamu saat ini sangat mirip dengan wajah ibumu
ketika itu.” Terang nenek Mina.
Tiba-tiba air mata berlinangan di
pipi Mina, ia sangat menyesal tidak menahan pria itu malah membiarkan
orang-orang mengusirnya.
Dan yang paling menyakitkan, ia
sama sekali tidak berusaha mengenang wajah ayahnya itu ketika bertemu selama
ini dengannya.. ia ahirnya bertemu dengan ayahnya, tetapi ia sama sekali tidak
bisa mengenang wajahnya.
Yang bisa ia kenang seumur hidupnya
hanyalah seorang pria yang berdiri dibalik hujan yang masuk ke dalam restoran
dengan canggung sambil menggigil kedinginan, lalu diusir kawan kawannya, dan
pergi sambil terus meliriknya.
“Aku mengusirnya nek… aku
mengusirnya…, aku berburuk sangka nek…” ucap Mina tiada henti sambil memeluk
neneknya dan menangis sesenggukan.
“nak, jangan pernah berburuk sangka
kepada siapapun, sebelum kamu mengetahui dengan jelas dan yakin akan apa yang
diinginkannya.
Hari ini karena berburuk sangka,
kamu telah mendapat tiga azab dari Allah..
Kamu kehilangan kesempatan bertemu
ayahmu, kamu akan mendapat kenangan menyedihkan pada ayahmu yang bahkan
wajahnya belum bisa kamu ingat, bahkan kamu mengusirnya, dan azab terahir yang
terburuk adalah kamu kehilangan kesempatan mendapatkan do’a restu darinya”.
0 komentar:
Posting Komentar