Home » » Pria Yang Menempelkan Wajahnya Di Kaca Restoran 2

Pria Yang Menempelkan Wajahnya Di Kaca Restoran 2


Tak terasa musim hujan telah datang.  Kota kecil tempat Mina tinggal tiap hari hujan. Restoran tempat Mina bekerja menjadi sepi meski hari telah sore, padahal biasanya sore hari restoran itu lumayan ramai.

Mina bekerja dengan beberapa kawannya bila sore. Hari itu hujan sangat deras, dan mereka dengan malas menyandarkan badan mereka di kursi-kursi restoran yang sepi. Kursi-kursi itu semi sofa dan berbusa di bantalan tempat duduk serta punggungnya, sehingga sangat nyaman untuk bersantai-santai bila kondisi restoran sangat sepi seperti itu.

Tiba-tiba dibalik kaca yang berembun, mina melihat pria itu datang lagi, ia mengenakan kemeja kotak dan menyandang tasnya seperti biasa. Pria itu  mendekatkan wajahnya di kaca, matanya berputar melihat sudut-sudut ruangan di dalam restoran. Mata itu terhenti ketika mata itu melihat Mina.

“Pria itu datang lagi”, bisisk Mina pada kawan laki-laki yang duduk di dekatnya. Kawannya yang sangat penasaran dengan kisah Mina selama ini segera melihat ke luar restoran, ia memberi isarat pada teman-temannya yang lain bahwa ada seseorang yang special telah datang. Teman-teman mina segera menoleh kea rah Mina, dan Mina mengangguk seakan mengerti maksud pertanyaan dalam hati kawan-kawannya.

Pria itu membuka pintu restoran dengan canggung. Lalu masuk ke dalam dengan agak ragu-ragu. Badannya basah kuyup, dan air di bajunya menetes dengan deras ke lantai restoran yang ditutup karpet bersih yang tiap hari disedot debunya menggunakan mesin.

Kawan-kawan Mina menatap pria itu dengan tidak senang, mereka berfikir seharusnya tidak ada yang berani memasuki restoran itu bila badannya basah kuyup, apalagi restoran itu kursinya berbusa  dan berkain, karpet di lantainya juga tidak boleh basah.

“Dia datang kesini Cuma demi kamu yang sebenarnya tidak suka padanya, dan biasanya Cuma memesan kopi kan?” Tanya kawan mina, mina hanya mengangkat bahunya.

Kawan Mina segera mendekati pria itu, lalu memintanya untuk datang lain kali saja, karena badannya basah kuyup.

“Ada yang ingin saya sampaikan ke Mina, saya mohon sebentar saja” pinta pria itu mengharap, teman-teman Mina yang lain segera mendekatinya juga.

“besok aja kak, masih banyak waktu” ucap teman Mina yang lain.

“Aku Cuma bisa saat ini.. minta tolong ya” jawab pria itu.

Tampaknya pria itu sama sekali tidak dipedulikan kawan-kawan Mina, mereka tetap menyuruh pria itu keluar, bahkan mulai mendorong-dorong badannya, dan seseorang malah menyeletuk bahwa Mina tidak menyukainya sama sekali.

Pria itu dengan gontai meninggalkan restoran, sesekali ia melirik menatap Mina. Tetapi tidak ada sepatah katapun yang bisa ia ucapkan pada Mina. Beberapa saat kemudian ia menghilang dalam derasnya hujan.

Sekitar setengah jam setelah itu nenek Mina berlari lari kecil mendatangi restoran tempat Mina bekerja. Ia segera memasuki restoran setelah menanggalkan mantelnya. Matanya mencari-cari ke seluruh penjuru ruangan restoran. Mina dan beberapa temannya segera mendatanginya.

“Dimana pria itu?, apa dia tidak kesini?” Tanya nenek Mina ke semua orang.

“Pria yang mana?” Tanya Mina.

“Pria memakai kemeja kotak dan membawa tas ransel.., bajunya tertinggal di rumah, nenek membawakannya” ucap nenek Mina.

“Jadi dia sampai datang ke rumah juga?” Tanya Mina tidak percaya.

“Apa maksudmu Mina?, dia itu ayahmu, waktu ibumu hamil, ayahmu itu masih berusia 13 tahun, dan ibumu 15 tahun. Beberapa hari ini ia datang ke rumah ingin menjelaskan semuanya padamu, ia selalu mampir ke rumah sebelum ke sini menemuimu.

Ayahmu dan ibumu masih terlalu muda dalam hubungan terlarang mereka, orang tuanya membawanya keluar negeri setelah kematian ibumu. Malam ini ia berangkat lagi ke luar negeri.
Tampaknya ia kesulitan untuk menjelaskan kepadamu, apalagi usia kalian sebagai ayah dan anak tidak terpaut jauh, dia juga anak yang pemalu. Kamu saat ini sangat mirip dengan wajah ibumu ketika itu.” Terang nenek Mina.

Tiba-tiba air mata berlinangan di pipi Mina, ia sangat menyesal tidak menahan pria itu malah membiarkan orang-orang mengusirnya.

Dan yang paling menyakitkan, ia sama sekali tidak berusaha mengenang wajah ayahnya itu ketika bertemu selama ini dengannya.. ia ahirnya bertemu dengan ayahnya, tetapi ia sama sekali tidak bisa mengenang wajahnya.

Yang bisa ia kenang seumur hidupnya hanyalah seorang pria yang berdiri dibalik hujan yang masuk ke dalam restoran dengan canggung sambil menggigil kedinginan, lalu diusir kawan kawannya, dan pergi sambil terus meliriknya.

“Aku mengusirnya nek… aku mengusirnya…, aku berburuk sangka nek…” ucap Mina tiada henti sambil memeluk neneknya dan menangis sesenggukan.

“nak, jangan pernah berburuk sangka kepada siapapun, sebelum kamu mengetahui dengan jelas dan yakin akan apa yang diinginkannya.

Hari ini karena berburuk sangka, kamu telah mendapat tiga azab dari Allah..

Kamu kehilangan kesempatan bertemu ayahmu, kamu akan mendapat kenangan menyedihkan pada ayahmu yang bahkan wajahnya belum bisa kamu ingat, bahkan kamu mengusirnya, dan azab terahir yang terburuk adalah kamu kehilangan kesempatan mendapatkan do’a restu darinya”.


0 komentar:

Posting Komentar

Suplier Dagangan Solo. Diberdayakan oleh Blogger.
JIM Smart BBM ukuran 300 x 250
Si Tukang Tidur Main Adsense 160x60